Beranda | Artikel
Menyebar Hadis Tapi Dosa Syaikh Ashim al-Qaryuti #NasehatUlama
Kamis, 10 November 2022

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Imam Bukhari—semoga Allah merahmatinya—berkata dalam Sahih-nya:

Makki bin Ibrahim memberitahu kami,
dia berkata: Yazid bin Abi ʿUbaid memberitahu kami
dari salamah, dia berkata:
Saya mendengar Nabi Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa berkata atas namaku sesuatu yang tidak aku katakan,
maka silahkan mempersiapkan tempat duduknya di neraka.”

Hadis yang agung ini
termasuk Tsulātsiyyāt Imam Bukhari.
Maksud Tsulātsiyyāt sendiri adalah
ketika antara perawi hadis dengan Nabi Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam
ada tiga perawi.

Jadi, Makki adalah guru Imam Bukhari,
perawi kedua adalah seorang Tabiin,
Yazid bin Abi ʿUbaid,
(dan ketiga) adalah seorang sahabat, Salamah, semoga Allah meridainya.

Hadis yang agung ini
termasuk hadis mutawatir
yang menunjukkan bahaya berdusta atas nama Nabi Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam.
Berdusta atas nama Nabi Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam
juga merupakan dusta atas nama Allah.

“Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang melakukan kebohongan terhadap Allah.” (QS. As-Saff: 7)

“Sesungguhnya orang-orang yang melakukan kebohongan terhadap Allah
tidak akan beruntung.” (QS. Yunus: 69)

Karena Nabi Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana dikabarkan oleh Allah Subẖānahu wa Ta’ālā,
“Dia tidaklah berkata menurut keinginannya.” (QS. An-Najm: 3)

“Tidak lain itu adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm: 4)

Jadi, semua yang dikatakan oleh Nabi Ṣallallāhu ‘alaihi wa Sallam
dan disabdakan oleh beliau Ṣallallāhu ‘alaihi wa Sallam adalah syariat untuk umat ini,
baik itu masalah akidah, hukum,
anjuran-anjuran, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, harus berhati-hati dalam menarasikan sabda Nabi Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam
dan dalam meriwayatkan kabar-kabar dari beliau.

Jangan sampaikan hadis kecuali yang valid dan sahih
dan setelah merujuk kepada para ulama.
Waspadalah dan waspadalah
dari penyebaran sesuatu tanpa memastikan kebenarannya.

Sebagaimana dikatakan, “Sebarkan dan bagi Anda pahalanya,
tapi jika Anda tidak memastikan kebenarannya,
ada hukuman dan dosa bagi Anda karenanya.”

Para sahabat Nabi Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam saja
berhati-hati dalam meriwayatkan hadis dari beliau ʿAlaihiṣ Ṣalātu was Salām.
Jika salah seorang dari mereka tidak meriwayatkan dengan redaksi yang sama dengan sabda beliau

maka ia akan berkata, “… atau ungkapan semisalnya, … atau sebagaimana yang beliau sabdakan.”
Ini semua bentuk kehati-hatian dalam menyandarkan sesuatu
yang tidak pernah diucapkan oleh Nabi Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam kepada beliau.

====

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

قَالَ الْإِمَامُ الْبُخَارِيُّ رَحِمَهُ اللهُ فِي صَحِيحِهِ

حَدَّثَنَا مَكِّيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ

قَالَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ أَبِي عُبَيْدٍ

عَنْ سَلَمَةَ قَالَ

سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ

مَنْ يَقُلْ عَلَيَّ مَا لَمْ أَقُلْ

فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

هَذَا الْحَدِيثُ الْعَظِيمُ

مِنْ ثُلَاثِيَّاتِ الْإِمَامِ الْبُخَارِيِّ

وَالْمَقْصُودُ مِنَ الثُّلَاثِيَّاتِ

أَنْ يَكُونَ بَيْنَ الرَّاوِي وَالنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

ثَلَاثَةٌ مِنَ الرُّوَاةِ

فَمَكِّيٌّ شَيْخُ الْإِمَامِ الْبُخَارِيِّ

وَالرَّاوِي الثَّانِي هُوَ التَّابِعِيُّ

يَزِيدُ بْنُ أَبِي عُبَيْدٍ

وَالصَّحَابِيُّ سَلَمَةُ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ

هَذَا الْحَدِيثُ الْعَظِيمُ

مِنَ الْأَحَادِيثِ الْمُتَوَاتِرَةِ

الدَّالَّةِ عَلَى خُطُورَةِ الْكَذِبِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

وَالْكَذِبُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

كَذِبٌ عَلَى اللهِ

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللهِ الْكَذِبَ

إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللهِ الْكَذِبَ

لَا يُفْلِحُونَ

النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا قَالَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى

إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى

فَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَا قَالَ بِهِ

وَحَدَّثَ بِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهُوَ تَشْرِيعٌ لِلْأُمَّةِ

مِنْ عَقِيدَةٍ وَأَحْكَامٍ

وَمُسْتَحَبَّاتٍ وَغَيْرِ ذَلِكَ

لِذَا يَجِبُ الْاِحْتِرَازُ فِي الرِّوَايَةِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

وَفِي تَنَاقُلِ الْأَخْبَارِ عَنْهُ

وَلَا يُنْقَلُ إِلَّا مَا صَحَّ وَثَبَثَ

وَبَعْدَ الرُّجُوعِ إِلَى أَهْلِ الْعِلْمِ

وَحَذَارِي ثُمَّ حَذَارِي

مِنْ نَشْرِ شَيْءٍ دُونَ تَثَبُّتٍ

كَمَا يُقَالُ: انْشُرْ تُؤْجَرْ

وَأَنْتَ إِنْ لَمْ تَتَثَبَّتْ فِي ذَلِكَ

تُؤْزَرْ وَتَنَالُ إِثْمًا بِذَلِكَ

وَإِذَا كَانَ صَحَابَةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

يَحْتَاطُونَ فِي الرِّوَايَةِ عَنْهُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ

وَإِذَا لَمْ يَرْوِ أَحَدُهُمُ الْحَدِيثَ بِلَفْظِهِ

يَقُولُ: أَوْ نَحوَ ذَلِكَ أَوْ كَمَا قَالَ

كُلُّ هَذَا مِنَ الْاِحْتِرَازِ فِي إِثْبَاتِ شَيْءٍ

لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِمَّا لَمْ يَقُلْ


Artikel asli: https://nasehat.net/menyebar-hadis-tapi-dosa-syaikh-ashim-al-qaryuti-nasehatulama/